Tertawa,senda gurau dan canda termasuk sifat khusus yang hanya dimiliki oleh makhluq sosial yang paling unggul dari berbagai ciptaan Allah lainnya,yakni manusia.Karena tertawa,senda gurau dan canda sangat erat kaitannya dengan naluri dan karakteristik kejiwaan umat manusia.Hal ini tidak akan dimiliki oleh makhluq makhluq Allah yang lain,meskipun hidupnya dilingkungan yang sama dengan manusia.Sebagai makhluq yang paling paripurna bentuk fisiknya dibandingkan dengan makhluq lainnya,yang memamfaatkan sifat sifat khususs tersebut sebagai sarana dalam berinteraksi dengan sesamanya sehingga terciptalah suatu nilai,norma sebagai aturan dalam pergaulan mereka dibawah tuntunan undang undang ilahi.
Sifat yang khusus tersebut bersifat universal,meskipun manusia terdiri dari berbagai macam etnis,ras ,bangsa dengan kelengkapan yang berbeda pula.Pertama,senda gurau dan canda itu merupakan salah satu ekspresi jiwa manusia yang tidak dimiliki oleh binatang,baik yang melata maupun yang terbang.Para ahli jiwa berpendapat bahwa senyum,tertawa,senda gurau,keceriaan,bercanda,lawak dan komedi semuanya itu merupakan suatu fenomena kejiwaan yang ada pada suatu jenis makhluq hidup ,dan semua sifat sifat tersebut hanya dimiliki manusia ,tidak pada makhluq lain. Sifat sifat khusus yang hanya dimiliki manusia tersebut harus dipergunakan dengan baik,supaya tidak menyimpang dari fungsi yang seharusnya sebagaimana aturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Sebab sekiranya sifat sifat tersebut dikelola sembarangan sehingga terjadi penyimpangan akan berdampak negatif kepada pengelolanya sendiri,dan ia akan dijauhi dan dibenci oleh manusia lainnya.Untuk mengatur dan menata sifat khusus itu perlu suatu manajemen ketawa,senda gurau dan canda.Dalam konteks ini islam sudah memiliki suatu solusi yang sangat baik,karena dituntun oleh Sang Khaliq lewat Al Qur'an dan Sunnah RasulNya,Nabi Muhammad SAW.Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Tirmizdi,Rasulullah bersabda:"Kami tidak bercanda dan tidak berkata kecuali yang benar".
Kemudian hal serupa dijelaskan Al Qur'an secara gamblang dalam salah satu ayatnya sebagai berikut:"Hai orang orang yang beriman ,janganlah suatu kaum mengolok olok kaum yang lain,boleh jadi mereka (yang diolok olok)lebih baik dari mereka(yang mengolok olok)dan jangan pula wanita wanita(mengolok olok)wanita lain,boleh jadi wanita wanita(yang diperolok olok)lebih baik dari wanita (yang mengolok olokkan)dan jangan kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar gelar yang buruk.Seburuk buruk panggilan ialah panggilan yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertaubat ,maka mereka itulah orang orang yang zalim"(Q,Al Hujurat:11).
Dalam perspektif islam tertawa,bercanda,senda gurau ,humor ,keeriaan dan lain sebagainya itu sudah ditetapkan rambu rambunya yang harus ditaati,demi kebaikan dan keharmonisan dalam pergaulan manusia itu sendiri sebagai makhluq sosial yang tidak bisa hidup menyendiri dikesepiannya.Nabi Muhammad SAW yang senantiasa sibuk dengan berbagai urusannya dengan umat,bukan saja dalam kapasitasnya sebagai rasul tetapi juga sebagai manusia termulia masih sempat bercanda,tertawa sesuai tuntunan Allah SWT.Dan beliau segera menegurnya jika seseorang sahabatnya melampau batas dalam tertawa,senda gurau ataupun bercanda dengan orang lain.Sebagaimana Nabi Muhammad SAW menegur Abu Dzar dengan sabdanya:"Lihatlah ! Sesungguhnya engkau tidak lebih baik dari orang yang berkulit merah atau hitam,kecuali dengan ketaqwaan(HR.Ahmad).
Rasulullah Muhammad SAW pernah bercanda dengan para sahabatnya,sebagaimana yang terjadi pada suatu waktu bersama sahabat sahabatnya.Ketika itu Nabi Muhammad SAW sedang duduk bersama para sahabatnya di beranda Mesjid Nabawi,Medinah.Melintaslah seseorang yang menunggang seekor unta tua didepannya,lalu orang tersebut menghampiri Rasulullah SAW seraya memberi salam setelah menambat untanya.Dan Rasulullah SAW bersabda kepada penunggang unta tua tersebut :Mengapa engkau tidak kasihan kepada makhluq Allah ? Penunggang unta tersebut kaget mendengar pertanyaan mendadak dari utusan Allah tersebut.Penunggang unta itu bertanya kepada Rasulullah.Ada apa ya Rasulullah ? Rasulullah SAW mengulangi pertanyaan lagi .Mengapa engkau tidak kasihan kepada makhluq Allah ? Penunggang unta tersebut menjawab,saya amat sayang kepada unta peliharaan saya,yang selalu saya rawatnya dengan baik sesuai kemampuanku ya Rasulullah,jawab penunggang unta itu dengan sangat serius.Namun kali ini Rasulullah SAW melanjutkan pertanyaannya .Jika engkau kasihan mengapa anak unta dijadikan tungganganmu ? Penunggang unta itu menjawab,ya Rasulululah ,itu bukan anak unta,tetapi seekor unta yang sudah dewasa dan bahkan sudah tua ,sudah berpengalaman karena sudah lama bersama saya kemanapun kami pergi berdua .Kemudian Rasulullah SAW menutup pertanyaannya dengan bersabda yang didengar dengan sangat serius oleh penunggang unta dan para sahabatnya.Tapi,lanjut Nabi Muhammad SAW, unta itu meskipun sudah tua tapi merupakan anak dari ibunya kan ?! Mendengar jawaban yang mulia seperti itu,baru semuanya tersenyum.
Demikian salah satu gaya yang terukur dari senda gurau Nabi Muhammad SAW.Meskipun kelihatannya masalah tersebut sangat sepele,namun secara langsung dalam canda beliau telah sampaikan dengan arif bijaksana suatu pesan bahawa manusia sebagai makhluq yang "ahsanul taqwim"tidak boleh sewenang wenang terhadap makhluq lainnya.


No comments:
Post a Comment